Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisruh Atlet Sepatu Roda Jombang: Antara Prestasi dan Politik Organisasi

Tuesday, June 24, 2025 | June 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-24T01:42:15Z


JOMBANG - POPULARITAS NEWS | Situasi yang menimpa atlet sepatu roda Jombang sangat disayangkan dan menyisakan banyak kejanggalan. Prihatin terhadap nasib para atlet muda yang menjadi korban dari kisruh internal organisasi. Ini adalah contoh nyata bagaimana konflik kepentingan dan dugaan politisasi bisa merusak masa depan atlet yang sudah berlatih keras.


Berikut adalah poin-poin penting yang menonjol dari permasalahan atlet sapatu roda, mengapa hal ini patut mendapatkan perhatian serius:


Kabar pencoretan atlet sepatu roda Jombang dari daftar peserta Porprov Jatim IX 2025 adalah cerminan dari carut-marutnya tata kelola organisasi olahraga lokal. Pernyataan Wakil Ketua Serikat Jurnalis Nusantara (SJN), Ronny Brown, yang menyayangkan adanya intervensi Ketua Perserosi dan menuntut profesionalisme KONI Jombang, sangat tepat sasaran. Ini bukan hanya tentang Porprov, tetapi juga tentang bagaimana bibit-bibit unggul dan prestasi anak bangsa diperlakukan.


Berikut pandangan Ronny Brown kejanggalan dalam Proses Seleksi dan Pencoretan


1. Inkonsistensi Seleksi dan Proses yang Tidak Transparan

Awalnya, ada seleksi oleh KONI Jombang yang memilih 8 atlet terbaik. Namun, Perserosi Jombang kemudian mengadakan seleksi tambahan dan menambahkan 3 nama. Ini sudah menimbulkan pertanyaan: mengapa ada dua proses seleksi yang hasilnya berbeda? Puncaknya, 7 atlet yang sudah lolos seleksi dan mengikuti Puslatkab justru dicoret sepihak dengan alasan "pembangkangan organisasi" setelah tiga klub (JOINS, GRIS, MAJIN) mengadakan Muscablub. Alasan ini sangat tidak jelas dan terkesan dicari-cari untuk membenarkan tindakan pencoretan.


2. Dugaan Politisasi dan Nepotisme:

Pernyataan wali atlet tentang adanya atlet pengganti yang tidak pernah mengikuti seleksi resmi dan tidak memiliki rekam jejak prestasi adalah alarm bahaya. Ini mengindikasikan adanya dugaan kuat intervensi dan keberpihakan yang mengarah pada praktik politisasi atau bahkan nepotisme dalam pemilihan atlet. Jika atlet tidak dipilih berdasarkan meritokrasi, bagaimana kita bisa berharap prestasi olahraga akan berkembang ?


3. Konflik Internal Organisasi yang Merugikan Atlet:

Perpecahan antara klub-klub dan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Perserosi Jombang menjadi akar masalah. Para atlet dan orang tua mereka menjadi korban langsung dari konflik internal ini. Ironisnya, mereka yang seharusnya menjadi aset daerah justru terpinggirkan karena permasalahan non-teknis.


Dampak Buruk pada Masa Depan Atlet dan Citra Olahraga


Pencoretan ini memiliki dampak serius pada psikologis dan masa depan atlet. Mereka telah berlatih keras, mengorbankan waktu dan tenaga, namun impian mereka untuk mewakili daerah harus pupus karena "drama" di tingkat organisasi. Bahkan, ada yang berencana pindah daerah karena kecewa, yang berarti Jombang berpotensi kehilangan bibit unggul.


Ronny Brown memandang, atlet yang dipanggil mewakili daerah bukan lagi milik klub, melainkan milik daerah. KONI dan organisasi cabang olahraga lainnya adalah wadah bagi generasi prestasi bangsa, bukan ajang untuk ambisi pribadi atau kepentingan kelompok. Jika unsur di dalam lembaganya tidak sehat, bagaimana generasi terbaik dapat berkembang?


Situasi ini tidak hanya mencoreng nama baik olahraga Jombang tetapi juga menjadi peringatan penting (alarm) bagi seluruh organisasi olahraga di Indonesia. Transparansi, keadilan, dan profesionalisme harus menjadi prioritas utama, dengan kepentingan atlet selalu diutamakan di atas segalanya.

×
Berita Terbaru Update